Gadis remaja yang bergairah mantap banget



Cerita Seks Gairah Sex Penjaga Cargo Agent

Cerita Seks ini terjadi dan aku mau berbagi cerita seks. ketika aku baru mendapatkan sebuah pekerjaan baruku setelah aku selesai kuliahku disalah satu perguruan tinggi di kota metropolitan. Cerita sex kali ini merupakan hal yang baru memang buatku dan iningu berbagi pada kalian semuanya. Ketika aku melamar suatu pekerjaan aku diterima dan aku pertamakali bekerja aku harus berangkat pagi sekali. Oh..ya perkenalkan nama aku Yudiawan, aku masih berumur 22 tahun, dengan usiaku masih muda menurut aku untuk jenjang kedepan aku masih lama nie. Langsung saja dech cerita seks kaili ini,

cerita ini menceritakan seorang gadis yang penuh gairah seks penjaga cargo. Ini awal ceritanya. Pada pagi-pagi aku berangkat kerja, aku kira kantor aku buka jam 7 pagi eh rupanya jam 8 baru baru buka kalau gini q bias berangkat agak siang, wah nie nuguin yang bawa kunci kantor sambil aku nunggu penjaga kantorku datang. Tidak berapa lama, ada cewek yang sedang membuka rolling door ruko di sebelah kantorku. Ah daripada nongkrong sendirian, lebih bagus

nongkrong berdua, pikirku.

“Hai.., baru buka kantor ya?”, tanyaku berbasa-basi.

“Iya..”, jawabnya ramah.

“Kantor kamu kantor apa sih”, tanyaku, sebab di depan kantornya, tidak ada satupun papan nama yang menjelaskan nama kantor itu.

“Cargo Agent”, katanya sambil mendorong pintu kantornya ke samping. Melihat dia kesulitan mendorong pintu, akupun membantu mendorongnya, ” Kamu karyawan baru di kantor sebelah ya..?”, tanyanya.

“Iya.., eh kenalin, saya Yudiawan”.

“Haryani..”, jawabnya sambil tersenyum.

Sebelumnya, aku mau kasih gambaran gimana Haryani ini. Doi kulitnya putih, matanya sipit, rambutnya panjang sebahu, pipi tembem, tingginya sehidungku, atau kira-kira 160 cm,badannya agak berisi, payudaranya berukuran sedang,

normal. Aku suka bentuk pinggul, pantat dan betisnya, aduhai sekali. Pagi itu Haryani memakai Blazer Hitam dengan dalaman kaos putih dan rok berbahan kaos selutut dengan belahan samping, menampakkan sedikit pahanya yang putih mulus. Dan juga dia agak bungkuk badannya, kata orang- orang sih, kalau agak bungkuk, nafsunya besar! Dan akhirnya sambil menunggu pintu kantorku buka, akupun ngobrol dengan Yani, dia di kantor itu bekerja sebagai accounting. Dia yang membawa kunci pintu kantor, sebab dia tinggal di kost-kostan di Mangga Dua juga, dan dia datang selalu jam 8.00 pagi. Haryani orangnya baik, nikmat jadi teman ngobrol. Orangnya cepat akrab dan terbuka. Aku jadi terasa bersemangat ngobrol dengan dia. Apalagi orang-orang kantornya datang tidak on time, orang-orang kantornya baru datang 15 menit kemudian, jadi aku bisa berdua dengannya. Dan dia membuatkan teh panas untukku, apa tidak asyik tuh. Haryani ternyata juga merantau sepertiku, dia berasal dari Pontianak. dia juga dulu kuliah di Jogja sepertiku, dan hal inilah yang membuat kami dapat cepat akrab.

Sampai akhirnya jam sudah menunjukkan 8.30, tapi aku belum melihat satupun orang kantorku yang datang. Jadi aku terus ngobrol dengan Haryani. Dari Haryani aku tahu kalau kantorku ternyata buka jam 9.00, dan kunci kantorku selalu dibawa oleh bagian Accounting, Ani namanya, yang juga kost di sekitar Mangga Dua. Ya sudah, aku terus saja ngobrol. Sampai akhirnya jam 9.00 baru aku keluar dari kantornya, sebab, selain kantorku buka jam 9.00, aku juga tidak enak lama-lama gangguin Haryani kerja.

Hari pertama di kantor membuatku stress bukan main. Ternyata banyak yang harus aku pelajari lagi. Siangnya, aku makan siang cepat-cepat, dan kembali bekerja. Sorenya, aku senang sekali, akhirnya jam pulang kantor tiba juga. Aku lewati kantor Haryani, tapi aku malas masuk menyapanya, sebab hari itu aku sudah pusing sekali, ingin cepat-cepat pulang dan tidur!

Besoknya, aku pergi dari rumah jam 8.00 dan sampai di kantor sekitar jam 8.30, aku mampir dulu ke kantor Haryani, dan ternyata dia masih sendiri, orang-orang kantornya belum ada yang datang. Akupun mulai bercerita mengenai pengalaman hari pertama kerja. Aku curhat ke dia kalau aku stress sekali di hari pertama. Dia memberi dorongan kepadaku supaya aku tidak mudah menyerah, maju terus pantang mundur. Pokoknya, dia betul-betul memberi support, sehingga aku bisa semangat lagi bekerja, walaupun sore hari pulang kerja aku masih saja suka pusing. Tidak terasa sudah sebulan

bekerja, ketika malam minggu, iseng-iseng aku mengajaknya jalan dan makan-

makan, pertama dia menolak. Tapi aku maju terus pantang mundur

mengajaknya jalan, dengan alasan jalan-jalan untuk menghilangkan stress dan

mentraktir dia dengan gaji pertamaku, akhirnya dia mau juga.

Hari sabtu, aku dan dia pulang kerja jam 14.00, kami langsung ke M2M, nonton

film yang jam lima sore, terus makan-makan di restoran Pizza. Tadinya dia

kelihatan kaku ketika jalan berdua denganku, tapi lama-kelamaan, dia mulai

terbiasa, dan saat kugandeng tangannya, dia cuek. Sampai akhirnya jam

setengah delapan malam, kuantar dia ke kostnya.

Ternyata di luar sedang hujan, dan kami berlari-lari masuk ke dalam bajaj. Saat

itu di dalam bajaj, kami berdua menggigil kedinginan basah karena hujan dan

terkena angin malam yang dingin sekali. Sampai di kostnya, aku di ajaknya

masuk ke kamarnya. Tempat kost Haryani sepi sekali, kata Haryani, kalau hari

Sabtu banyak yang pergi, ada yang pulang ke Bandung, ke Bekasi, ke

Tangerang dll. Akupun masuk ke kamarnya yang hanya 3×3 itu dengan kamar

mandi di dalam. Haryani menyuruhku tinggal dulu sampai hujan reda.

Sementara Haryani mandi, aku di kamarnya hanya menonton TV. Selesai mandi,

dia mengenakan daster selutut berwarna putih. Aku bisa melihat bayangan

badannya di dalam daster, bra dan celana dalam putih yang dikenakannya.

Melihat pemandangan indah itu, yang sebelumnya penisku menciut karena

kedinginan, tiba-tiba langsung tegap! Aku tidak berkedip memadang Haryani,

dan Haryani tahu kalau aku memandangi tubuhnya, dia langsung mengalihkan

perhatianku.

“Wan, sono dah mandi, entar masuk angin loh..”.

“Trus, entar abis mandi pakai apa?”, tanyaku.

“Pake kaosku saja tuh, sama celana pendekku, nih handuknya!” katanya sambil

melempar handuk ke arahku.

Jadilah aku mandi dan memakai pakaiannya. Celananya ternyata pendek sekali,

aku jadi agak risih memakainya, tapi daripada memakai celana panjangku yang

basah karena hujan, lebih baik memakai yang kering. Selesai mandi, dia sudah

menyajikan teh hangat dan kue kering. Lumayan untuk menghangatkan badan.

Kemudian aku melihat album-album fotonya, aku godain dia melihat foto-

fotonya waktu kecil yang punya tompel di pipinya dan sekarang sudah

dioperasi.

Ketika membolak-balik foto-fotonya, tiba-tiba aku baru sadar, dasternya

agak terangkat ketika dia duduk dan memperlihatkan pahanya yang putih itu.

Aduh, lagi-lagi penisku tegang dan untungnya masih ketutupan sama album

foto Haryani. Akhirnya, karena posisiku tidak enak, album foto kuletakkan saja

di lantai, kulihat celanaku sudah menonjol gara-gara penisku yang berdiri

tegang. Aku coba rileks saja dan ngobrol apa saja dengan Haryani.

Sementara di luar hujan masih saja deras, jam sudah menunjukkan 10.30. Aku

sudah merasa tidak enak sama Haryani, tapi aku stay cool saja. Sementara

Haryani sendiri kelihatan sudah mulai mengantuk, tiba-tiba dia merebahkan

kepalanya di pahaku.

Kuelus-elus rambutnya lembut, dia memejamkan matanya. “Wan, saya sudah

ngantuk nih, lu nginep saja deh disini.., Hoooahh (Haryani menguap), temenin

saya yah..”, katanya sambil masih memejamkan matanya.

“Iya deh”, kataku sambil terus mengelus-elus rambutnya. Tidak beberapa

lama, mungkin karena tidak enak posisinya, dia menggerakkan kepalanya dan

tidak sengaja kena penisku (yang masih tegang), “Ee.., eh.., adik tidur yaa..”

katanya sambil tangannya mengusap penisku, dan ini membuatku sangat

terkejut setengah mati.., Kali’ dia tidak sadar, atau sedang mengigau

barangkali, pikirku.

Aku belum juga mengantuk, dan Haryani terus terlelap, tidur seperti orang

mati. Lama-kelamaan, capek juga pahaku menahan kepalanya, segera

kugendong badannya (yang ternyata berat setengah mati) ke kasur.

Kutidurkan dia di kasur. Tapi, tidak sengaja, dasternya tersikap, dan tampaklah

celana dalamnya yang putih dan pahanya yang mulus, membuatku sangat

terangsang. Mau kututup pahanya, tapi sayang, kapan lagi aku bisa melihat

pemandangan begini. Ini momentnya tepat sekali.

Kuelus pahanya, betul-betul mulus dan lembut. Kucium lembut pahanya,

mulai dari lututnya hingga ke atas mendekati selangkangannya. Kulihat

Haryani masih terlelap tidak bergeming, akupun mulai berani merenggangkan

kakinya, sehingga selangkangannya terbuka, dan kutekuk lututnya, sehingga

sekarang selangkangannya sudah betul-betul terbuka. Kucium bagian paha

sekitar selangkangannya. Kucium celana dalamnya. Ingin aku merasakan

daging di balik celana dalamnya.

Dengan hati-hati sekali, kugeser pinggir celana dalam sebelah kiri ke arah

kanan. Dan aku mulai terangsang hebat ketika kulihat daging berbentuk bibir

berwarna merah kecoklatan itu terlihat. Sambil tanganku menahan pinggir

celana dalamnya, kucium lembut vaginanya yang berbulu lebat itu. Nyum..,

nikmat sekali rasanya ketika lidahku mulai menjilat-jilat lubang kemaluannya

itu. Kujilat-jilat bibir di kiri dan kanannya, kupakai kedua tanganku untuk

membuka bibir yang menutupi bagian dalam vaginanya itu dan kemudian

mulai menjilati clitorisnya.

Kumainkan terus lidahku di daerah sensitif vaginanya. Ternyata, Haryani mulai

merasakan kenikmatan permainanku, nafasnya mulai tak beraturan. Terus

kujilati vaginanya yang basah itu oleh air liurku. Sampai akhirnya aku merasa

ada cairan hangat keluar dari vaginanya.

Akupun berhenti menjilatnya, lagian leherku juga sakit dengan posisiku yang

tengkurap sambil menjilat vaginanya. Sambil berdiri, kulihat penisku masih

berdiri dengan gagahnya. Kupikir, kalau aku memasukkan batangku ke vagina

Haryani, pasti dia akan terbangun dan mungkin akan mengusirku, itu sama

saja dengan memper***a, jadi terpaksa aku keluarin di kamar mandi. Aku

keluar sampai tiga kali di kamar mandi, kalau aku bayangkan enaknya vagina

Haryani dan kalau saja aku bisa memasukkan penisku di dalam lubangnya yang

hangat.

Setelah itu, peniskupun tidur kecapean, tidur di lantai yang beralaskan karpet.

Ternyata, aku tidak bisa terlelap tidur, jam 5.00 pagi aku terbangun, dan susah

untuk tidur kembali. Kulihat Haryani masih terlelap di tempat tidur. Kuhampiri

dia, dan kutatap wajahnya yang polos tanpa make up itu. Wajahnya terlihat

cantik ketika tidur. Kukecup pipinya mesra. Dia masih tetap terlelap. Kukecup

bibirnya yang agak tebal. Lembut sekali. Kuisap-isap lembut bibirnya, seperti

aku mengisap-isap sebuah permen yang kenyal. Birahiku mulai timbul lagi.

Sambil terus memainku bibirnya di bibirku, tanganku mulai merayap ke arah

payudaranya, kuremas-remas payudara yang padat namun lembut dan kenyal

itu. Gila benar nih, aku sudah terangsang sekali. Ingin aku mengulangi

perbuatanku tadi malam.

Tapi, tiba-tiba Haryani terbangun, dia mengusap-usap matanya, dan

melihatku seperti tak percaya kalau aku sekarang berada di sisinya. Tanpa

kusadari, tanganku masih berada di atas payudaranya. Belum sempat dia

berkata apa-apa, kukecup lagi bibirnya dengan lembut, “Selamat pagi Yani”,

kataku. Dia masih belum sadar juga rupanya dan mengguman tak jelas.

Kukecup lagi bibirnya, dan kali ini kuisap-isap bibir itu. Haryani sepertinya

merasakan kenikmatan (antara sadar dan tidak sadar), dia hanya diam dan

menikmati.

Sambil kumainkan bibirnya dengan bibirku, aku mulai memainkan tanganku di

payudaranya, kuremas-remas lembut payudaranya yang berukuran 32B itu.

Sekali, kulepaskan kecupanku di bibirnya, dan kuhujani pipinya dengan

kecupanku, dan saat aku kembali mengulum bibirnya, dia mulai membalas

permainanku. Aku memberanikan tanganku mengarah ke selangkangannya, dan

mulai mengusap-usap selangkangan yang hangat itu. Mula-mula aku

mengusap-usap celana dalamnya, dan setelah beberapa lama kami pelukan,

mulai kuberanikan memasukkan jariku dari sela-sela celana dalamnya dan

menyentuh vaginanya yang basah itu. Aku mainkan jari tengahku di sekitar

clitorisnya. Licin sekali rasanya vagina Haryani.

Permainan jariku membuatnya menggelinjang, pinggulnya bergerak-gerak

seirama dengan gerakan tanganku. Aku ingin melakukan lebih jauh lagi, dan

kuhentikan aktivitasku, sambil kutatap matanya, kutarik daster yang

dipakainya ke arah atas, dan dia seakan mengerti dengan maksudku, dia

menaikkan pinggulnya sehingga daster dapat dengan mudah melewati

pantatnya hingga akhirnya lepas dari tubuhnya.

Kulepas kancing BH diantara 2 cupnya. Kini, yang ada di depanku adalah tubuh

putih mulus seorang gadis yang hanya mengenakan celana dalam dengan

tatapan penuh menantang. Segera kuisap puting payudaranya yang berwarna

coklat kemerahan itu, sementara tangan kananku kuselipkan ke dalam celana

dalamnya dan kembali kumainkan clitorisnya. Kali ini Haryani betul-betul

merasakan terangsang dan keenakan yang luar biasa, ini bisa kurasakan dari

nafasnya yang makin tidak teratur dan desahan-desahan kenikmatan. Bentuk

buah dada Haryani memang betul-betul bagus, masih kencang dan tidak

terlalu kecil.

Kemudian, setelah beberapa saat, Haryani merintih kencang, hampir setengah

berteriak dan otot-otot badannya seperti mengejang, sepertinya dia telah

orgasme.

Dan tak beberapa lama, dia menghembuskan nafas panjang, “Yudiawan…,

nikmat banget.., Kamu memang betul-betul..”, belum selesai dia mengucapkan

kata-katanya, segera kukecup bibirnya yang seksi itu.

“Kamu mau merasakan yang lebih hebat lagi..”, kataku sambil berdiri dan mulai

melepaskan pakaianku. Dan ketika celanaku kubuka, penisku yang sejak tadi

sudah mendesak di celanaku, langsung menunjuk ke depan, besar, tegang dan

siap untuk memasuki liang kewanitaannya. Mata Haryani tidak berkedip

melihat tubuhku yang bugil, dan tangannya mengusap-usap penisku.

“Ya ampun.., besarnya..”, kata Haryani dengan mata tak berkedip. Dia kulum

bibirku sambil tangannya terus mengelus-elus barangku yang besar itu.

Kemudian, dia mencium penisku.

“Yan, berani tidak kamu isep?”, tanyaku menantang. Pertama, dia jilati kepala

penisku dengan lidahnya yang mungil. Kemudian, dia mulai berani

memasukkan penisku ke dalam mulutnya, walaupun hanya kepala penisku saja,

dan dia mulai mengisap maju mundur. Aku merasakan kegelian sekaligus

nikmat.

Tak beberapa lama, aku mulai bosan dengan hisapannya, aku tahu ini pertama

kalinya dia mengisap penis lelaki, dan dia belum begitu mahir melakukannya.

Kemudian, kusuruh dia tidur di tempat tidur, dengan pantat berada di pinggir

tempat tidur. Kulepas celana dalammya yang sejak tadi belum dilepas. Dan aku

mulai menjilat-jilat vaginanya yang telah kembali menguncup itu. Kujilat

cairan putih yang telah mengental di pinggir liang surganya. dia merasakan

keenakan dan mulai mendesah keenakan. vaginanya mulai basah kembali oleh

ludahku dan kurasakan vaginanya telah membesar.

Sebelum dia kembali orgasme, dengan berdiri di atas lututku, aku

memasukkan penisku ke dalam vaginanya yang hangat. Belum ada

seperempatnya senjataku masuk, dia merasakan pedih. Kusuruh dia memberi

air ludahnya di kepala penisku, supaya penisku basah dan mudah masuknya,

kemudian kucoba memasukkan lagi, dan dia kembali merintih sakit.

Kutenangkan dia dan menyuruhnya untuk rileks, dan aku coba kembali, kali ini

aku mencoba menyoblosnya dengan cepat, kutarik pinggulnya ke arahku dan

kudorong pantatku ke depan dengan kuat.

“Bless”. Akhirnya terbenam semua, dan kulihat wajah Haryani yang menahan

sakit. Supaya dia tak lama-lama merasakan sakit, segera kumaju-mundurkan

penisku di dalam liang vaginanya. Terasa hangat dan ketat sekali vagina

Haryani ini. Lama-kelamaan, genjotan penisku mulai lancar, dan aku sampai

memejamkan mataku merasakan keistimewaan vagina Haryani.

Kami saling mendesah dan merintih keenakan. Saking cepatnya aku

menggenjot, sampai kasur yang ditidurinya ikut bergerak hebat. Lama-

kelamaan aku tak tahan lagi, segera kutarik keluar penisku dan mulai

menembakkan isinya ke paha Haryani dan ke kasur, aku kocok penisku sendiri

dan aku merasakan sensasi yang sangat dahsyat, seluruh tubuhku mengejang,

hingga akhirnya seluruh cairan spermaku sudah habis, tapi aku belum merasa

capek.

Segera aku ke kamar mandi dan membersihkan penisku, dan aku kembali lagi

menggenjot Haryani. Kali ini, penisku bertahan lama sekali, hingga Haryani

orgasme, aku belum keluar juga. Sampai akhirnya Haryani orgasme yang

ketiga kalinya, baru aku ikut Orgasme. Setelah itu, kami berdua tidur dengan

nyenyak dengan tubuh telanjang.

Saat ini aku masih sering memikirkan kejadian itu, kok bisa-bisanya dengan

mudah aku dapat merengut kegadisan Haryani, mungkin juga memang aku

sedang lucky. Tapi, yang penting setelah saat itu aku dapat bebas ber-making

love dengan Haryani. Kami berdua suka melakukan eksperimen, mencoba

gaya-gaya baru, yang kami lihat dari film BF berdua di kamar Haryani. Haryani

mudah sekali terangsang kalau aku sudah mengisap payudara dan vaginanya,

apalagi kalau lagi sedang menonton BF. Supaya permainan kami aman, aku

dan Haryani suka membeli persediaan kondom.

Satu hal yang aku perhatikan, Haryani semakin hebat dalam melakukan

hubungan seks, dia mulai pintar melakukan oral seks dan mulai bebas

mengeluarkan suaranya ketika dia orgasme, padahal kami melakukannya di

kamar kostnya yang hanya di batasi sebuah tembok dengan kamar sebelahnya,

dia dengan enaknya berteriak setiap kali dia mencapai orgasme. Pokoknya,

hidup serasa nikmat setiap kali aku berhubunga dengannya, apalagi kami

dalam berhubungan badan sama-sama gilanya, hampir setiap hari, biasanya

sepulang kerja aku mampir ke kostnya dan sebelum pulang pasti dia minta

“ditusuk” (itu istilah kami berdua).

Pernah suatu saat, aku tidak masuk kerja karena ada urusan keluarga, dan

malamnya dia menelepon supaya aku besok datang jam 7.00 ke kantor, karena

dia kangen untuk ditusuk dan dia punya surprise untukku.

Besoknya, jam 7 pagi aku datang dan dia sudah menunggu di dalam kantornya.

Rolling door kantor dibukanya sedikit, dan di dalam kantor, begitu aku masuk,

tanpa ba-bi-bu, dia langsung mengulum bibirku, dan menyuruhku duduk,

sementara dia duduk di atas meja.

Lalu dia menyuruhku menebak, kejutan apa yang dia siapkan untukku. Tentu

saja aku tidak tahu, dan aku jawab saja asal-asalan, sampai akhirnya dia kesal

sendiri, dan dibukanya rok mini yang dipakainya, tampaklah selangkanganya

yang tanpa mengenakan celana dalam dan bersih dari rambut.

Ternyata dia mencukur habis semua bulu vaginanya. Aku tentu saja senang

melihatnya dan penisku kontan langsung berdiri sampai celanaku terasa sesak

sekali. Seperti biasa, sebelum minta ditusuk, dia ingin vaginanya dijilat-jilat

dulu olehku. Dan akupun mulai menciumi bibir-bibir vagina yang berwarna

kemerahan. Aku suka sekali dengan bau khas vaginanya, yang membuatku

ingin terus mencium vaginanya. Kujilat-jilat bagian dalam bibirnya, dan mulai

kujilat clitorisnya. Kadang kuvariasikan dengan isapan-isapan di clitorisnya.

Tidak beberapa lama, setelah vaginanya basah, aku mulai membuka

ritsluitingku dan memasukkan penisku ke dalam vaginanya.

Kami berdua bercinta atas meja di dalam kantornya. Dia tidak cukup sekali

orgasme, dia selalu minta nambah, dan aku selalu dapat memenuhi

keinginannya itu. Aku merasa seksi sekali bercinta dengannya di atas meja,

apalagi ketika kami melakukan gaya doggy style. Aku dan Haryani di atas meja

masih dengan berpakaian lengkap. Kemudian aku duduk di kursi, dan dia

menindihku dari atas.

Pagi itu, kami sangat puas sekali, sebab selain di kamar kostnya, making love

di kantor Haryani baru kali ini kami lakukan dan tidak ketahuan siapa-siapa.

Tapi, tentu saja making love di kantor tidak kami lakukan terlalu sering, sebab

aku tidak terlalu suka pergi pagi-pagi sekali dari rumah ke kantor.

Sampai akhirnya, akhir bulan April, kantor Haryani bangkut, karena ada

masalah keuangan dengan penanam modalnya, sehingga semua karyawannya

diberhentikan. Dan ketika Haryani sibuk mencari-cari pekerjaan, tiba-tiba dia

mendapat panggilan pekerjaan dari kokonya di Penang.

Akhirnya tanggal 26 Mei, Haryani pergi ke Penang. Terus terang, aku merasa

sedih sekali atas kepergiannya, dan aku tahu diapun juga merasakan demikian.

Tapi apa dayaku, kalau untuk mengawininya, aku belum cukup modal.

Jadi, tidak ada alasan bagiku untuk bisa menahannya terus di Jakarta. Sampai

saat kepergiaannya, di bandara aku memeluknya dan memberikan ciuman

selamat tinggal, sebab dia akan lama sekali tinggal di Penang, dan mungkin

tidak akan kembali lagi ke Jakarta. Kalaupun dia balik ke Indonesia, dia akan

balik ke Pontianak, tempat ayah ibunya berada.
 
 
Support : Gratis berat | Jancok | bagus cuy
Copyright © 2011. KUMPULAN MACAM CERITA SEX - All Rights Reserved
Template Created by Cerita Seks indo Published by sex oh Seks
Proudly powered by Blogger