Cerita Seks Gairah Sex Penjaga Cargo Agent
Cerita Seks ini terjadi dan aku mau berbagi cerita seks. ketika aku baru mendapatkan sebuah pekerjaan baruku setelah aku selesai kuliahku disalah satu perguruan tinggi di kota metropolitan. Cerita sex kali ini merupakan hal yang baru memang buatku dan iningu berbagi pada kalian semuanya. Ketika aku melamar suatu pekerjaan aku diterima dan aku pertamakali bekerja aku harus berangkat pagi sekali. Oh..ya perkenalkan nama aku Yudiawan, aku masih berumur 22 tahun, dengan usiaku masih muda menurut aku untuk jenjang kedepan aku masih lama nie. Langsung saja dech cerita seks kaili ini,
cerita ini menceritakan seorang gadis yang penuh gairah seks penjaga cargo. Ini awal ceritanya. Pada pagi-pagi aku berangkat kerja, aku kira kantor aku buka jam 7 pagi eh rupanya jam 8 baru baru buka kalau gini q bias berangkat agak siang, wah nie nuguin yang bawa kunci kantor sambil aku nunggu penjaga kantorku datang. Tidak berapa lama, ada cewek yang sedang membuka rolling door ruko di sebelah kantorku. Ah daripada nongkrong sendirian, lebih bagus
nongkrong berdua, pikirku.
“Hai.., baru buka kantor ya?”, tanyaku berbasa-basi.
“Iya..”, jawabnya ramah.
“Kantor kamu kantor apa sih”, tanyaku, sebab di depan kantornya, tidak ada satupun papan nama yang menjelaskan nama kantor itu.
“Cargo Agent”, katanya sambil mendorong pintu kantornya ke samping. Melihat dia kesulitan mendorong pintu, akupun membantu mendorongnya, ” Kamu karyawan baru di kantor sebelah ya..?”, tanyanya.
“Iya.., eh kenalin, saya Yudiawan”.
“Haryani..”, jawabnya sambil tersenyum.
Sebelumnya, aku mau kasih gambaran gimana Haryani ini. Doi kulitnya putih, matanya sipit, rambutnya panjang sebahu, pipi tembem, tingginya sehidungku, atau kira-kira 160 cm,badannya agak berisi, payudaranya berukuran sedang,
normal. Aku suka bentuk pinggul, pantat dan betisnya, aduhai sekali. Pagi itu Haryani memakai Blazer Hitam dengan dalaman kaos putih dan rok berbahan kaos selutut dengan belahan samping, menampakkan sedikit pahanya yang putih mulus. Dan juga dia agak bungkuk badannya, kata orang- orang sih, kalau agak bungkuk, nafsunya besar! Dan akhirnya sambil menunggu pintu kantorku buka, akupun ngobrol dengan Yani, dia di kantor itu bekerja sebagai accounting. Dia yang membawa kunci pintu kantor, sebab dia tinggal di kost-kostan di Mangga Dua juga, dan dia datang selalu jam 8.00 pagi. Haryani orangnya baik, nikmat jadi teman ngobrol. Orangnya cepat akrab dan terbuka. Aku jadi terasa bersemangat ngobrol dengan dia. Apalagi orang-orang kantornya datang tidak on time, orang-orang kantornya baru datang 15 menit kemudian, jadi aku bisa berdua dengannya. Dan dia membuatkan teh panas untukku, apa tidak asyik tuh. Haryani ternyata juga merantau sepertiku, dia berasal dari Pontianak. dia juga dulu kuliah di Jogja sepertiku, dan hal inilah yang membuat kami dapat cepat akrab.
Sampai akhirnya jam sudah menunjukkan 8.30, tapi aku belum melihat satupun orang kantorku yang datang. Jadi aku terus ngobrol dengan Haryani. Dari Haryani aku tahu kalau kantorku ternyata buka jam 9.00, dan kunci kantorku selalu dibawa oleh bagian Accounting, Ani namanya, yang juga kost di sekitar Mangga Dua. Ya sudah, aku terus saja ngobrol. Sampai akhirnya jam 9.00 baru aku keluar dari kantornya, sebab, selain kantorku buka jam 9.00, aku juga tidak enak lama-lama gangguin Haryani kerja.
Hari pertama di kantor membuatku stress bukan main. Ternyata banyak yang harus aku pelajari lagi. Siangnya, aku makan siang cepat-cepat, dan kembali bekerja. Sorenya, aku senang sekali, akhirnya jam pulang kantor tiba juga. Aku lewati kantor Haryani, tapi aku malas masuk menyapanya, sebab hari itu aku sudah pusing sekali, ingin cepat-cepat pulang dan tidur!
Besoknya, aku pergi dari rumah jam 8.00 dan sampai di kantor sekitar jam 8.30, aku mampir dulu ke kantor Haryani, dan ternyata dia masih sendiri, orang-orang kantornya belum ada yang datang. Akupun mulai bercerita mengenai pengalaman hari pertama kerja. Aku curhat ke dia kalau aku stress sekali di hari pertama. Dia memberi dorongan kepadaku supaya aku tidak mudah menyerah, maju terus pantang mundur. Pokoknya, dia betul-betul memberi support, sehingga aku bisa semangat lagi bekerja, walaupun sore hari pulang kerja aku masih saja suka pusing. Tidak terasa sudah sebulan
bekerja, ketika malam minggu, iseng-iseng aku mengajaknya jalan dan makan-
makan, pertama dia menolak. Tapi aku maju terus pantang mundur
mengajaknya jalan, dengan alasan jalan-jalan untuk menghilangkan stress dan
mentraktir dia dengan gaji pertamaku, akhirnya dia mau juga.
Hari sabtu, aku dan dia pulang kerja jam 14.00, kami langsung ke M2M, nonton
film yang jam lima sore, terus makan-makan di restoran Pizza. Tadinya dia
kelihatan kaku ketika jalan berdua denganku, tapi lama-kelamaan, dia mulai
terbiasa, dan saat kugandeng tangannya, dia cuek. Sampai akhirnya jam
setengah delapan malam, kuantar dia ke kostnya.
Ternyata di luar sedang hujan, dan kami berlari-lari masuk ke dalam bajaj. Saat
itu di dalam bajaj, kami berdua menggigil kedinginan basah karena hujan dan
terkena angin malam yang dingin sekali. Sampai di kostnya, aku di ajaknya
masuk ke kamarnya. Tempat kost Haryani sepi sekali, kata Haryani, kalau hari
Sabtu banyak yang pergi, ada yang pulang ke Bandung, ke Bekasi, ke
Tangerang dll. Akupun masuk ke kamarnya yang hanya 3×3 itu dengan kamar
mandi di dalam. Haryani menyuruhku tinggal dulu sampai hujan reda.
Sementara Haryani mandi, aku di kamarnya hanya menonton TV. Selesai mandi,
dia mengenakan daster selutut berwarna putih. Aku bisa melihat bayangan
badannya di dalam daster, bra dan celana dalam putih yang dikenakannya.
Melihat pemandangan indah itu, yang sebelumnya penisku menciut karena
kedinginan, tiba-tiba langsung tegap! Aku tidak berkedip memadang Haryani,
dan Haryani tahu kalau aku memandangi tubuhnya, dia langsung mengalihkan
perhatianku.
“Wan, sono dah mandi, entar masuk angin loh..”.
“Trus, entar abis mandi pakai apa?”, tanyaku.
“Pake kaosku saja tuh, sama celana pendekku, nih handuknya!” katanya sambil
melempar handuk ke arahku.
Jadilah aku mandi dan memakai pakaiannya. Celananya ternyata pendek sekali,
aku jadi agak risih memakainya, tapi daripada memakai celana panjangku yang
basah karena hujan, lebih baik memakai yang kering. Selesai mandi, dia sudah
menyajikan teh hangat dan kue kering. Lumayan untuk menghangatkan badan.
Kemudian aku melihat album-album fotonya, aku godain dia melihat foto-
fotonya waktu kecil yang punya tompel di pipinya dan sekarang sudah
dioperasi.
Ketika membolak-balik foto-fotonya, tiba-tiba aku baru sadar, dasternya
agak terangkat ketika dia duduk dan memperlihatkan pahanya yang putih itu.
Aduh, lagi-lagi penisku tegang dan untungnya masih ketutupan sama album
foto Haryani. Akhirnya, karena posisiku tidak enak, album foto kuletakkan saja
di lantai, kulihat celanaku sudah menonjol gara-gara penisku yang berdiri
tegang. Aku coba rileks saja dan ngobrol apa saja dengan Haryani.
Sementara di luar hujan masih saja deras, jam sudah menunjukkan 10.30. Aku
sudah merasa tidak enak sama Haryani, tapi aku stay cool saja. Sementara
Haryani sendiri kelihatan sudah mulai mengantuk, tiba-tiba dia merebahkan
kepalanya di pahaku.
Kuelus-elus rambutnya lembut, dia memejamkan matanya. “Wan, saya sudah
ngantuk nih, lu nginep saja deh disini.., Hoooahh (Haryani menguap), temenin
saya yah..”, katanya sambil masih memejamkan matanya.
“Iya deh”, kataku sambil terus mengelus-elus rambutnya. Tidak beberapa
lama, mungkin karena tidak enak posisinya, dia menggerakkan kepalanya dan
tidak sengaja kena penisku (yang masih tegang), “Ee.., eh.., adik tidur yaa..”
katanya sambil tangannya mengusap penisku, dan ini membuatku sangat
terkejut setengah mati.., Kali’ dia tidak sadar, atau sedang mengigau
barangkali, pikirku.
Aku belum juga mengantuk, dan Haryani terus terlelap, tidur seperti orang
mati. Lama-kelamaan, capek juga pahaku menahan kepalanya, segera
kugendong badannya (yang ternyata berat setengah mati) ke kasur.
Kutidurkan dia di kasur. Tapi, tidak sengaja, dasternya tersikap, dan tampaklah
celana dalamnya yang putih dan pahanya yang mulus, membuatku sangat
terangsang. Mau kututup pahanya, tapi sayang, kapan lagi aku bisa melihat
pemandangan begini. Ini momentnya tepat sekali.
Kuelus pahanya, betul-betul mulus dan lembut. Kucium lembut pahanya,
mulai dari lututnya hingga ke atas mendekati selangkangannya. Kulihat
Haryani masih terlelap tidak bergeming, akupun mulai berani merenggangkan
kakinya, sehingga selangkangannya terbuka, dan kutekuk lututnya, sehingga
sekarang selangkangannya sudah betul-betul terbuka. Kucium bagian paha
sekitar selangkangannya. Kucium celana dalamnya. Ingin aku merasakan
daging di balik celana dalamnya.
Dengan hati-hati sekali, kugeser pinggir celana dalam sebelah kiri ke arah
kanan. Dan aku mulai terangsang hebat ketika kulihat daging berbentuk bibir
berwarna merah kecoklatan itu terlihat. Sambil tanganku menahan pinggir
celana dalamnya, kucium lembut vaginanya yang berbulu lebat itu. Nyum..,
nikmat sekali rasanya ketika lidahku mulai menjilat-jilat lubang kemaluannya
itu. Kujilat-jilat bibir di kiri dan kanannya, kupakai kedua tanganku untuk
membuka bibir yang menutupi bagian dalam vaginanya itu dan kemudian
mulai menjilati clitorisnya.
Kumainkan terus lidahku di daerah sensitif vaginanya. Ternyata, Haryani mulai
merasakan kenikmatan permainanku, nafasnya mulai tak beraturan. Terus
kujilati vaginanya yang basah itu oleh air liurku. Sampai akhirnya aku merasa
ada cairan hangat keluar dari vaginanya.
Akupun berhenti menjilatnya, lagian leherku juga sakit dengan posisiku yang
tengkurap sambil menjilat vaginanya. Sambil berdiri, kulihat penisku masih
berdiri dengan gagahnya. Kupikir, kalau aku memasukkan batangku ke vagina
Haryani, pasti dia akan terbangun dan mungkin akan mengusirku, itu sama
saja dengan memper***a, jadi terpaksa aku keluarin di kamar mandi. Aku
keluar sampai tiga kali di kamar mandi, kalau aku bayangkan enaknya vagina
Haryani dan kalau saja aku bisa memasukkan penisku di dalam lubangnya yang
hangat.
Setelah itu, peniskupun tidur kecapean, tidur di lantai yang beralaskan karpet.
Ternyata, aku tidak bisa terlelap tidur, jam 5.00 pagi aku terbangun, dan susah
untuk tidur kembali. Kulihat Haryani masih terlelap di tempat tidur. Kuhampiri
dia, dan kutatap wajahnya yang polos tanpa make up itu. Wajahnya terlihat
cantik ketika tidur. Kukecup pipinya mesra. Dia masih tetap terlelap. Kukecup
bibirnya yang agak tebal. Lembut sekali. Kuisap-isap lembut bibirnya, seperti
aku mengisap-isap sebuah permen yang kenyal. Birahiku mulai timbul lagi.
Sambil terus memainku bibirnya di bibirku, tanganku mulai merayap ke arah
payudaranya, kuremas-remas payudara yang padat namun lembut dan kenyal
itu. Gila benar nih, aku sudah terangsang sekali. Ingin aku mengulangi
perbuatanku tadi malam.
Tapi, tiba-tiba Haryani terbangun, dia mengusap-usap matanya, dan
melihatku seperti tak percaya kalau aku sekarang berada di sisinya. Tanpa
kusadari, tanganku masih berada di atas payudaranya. Belum sempat dia
berkata apa-apa, kukecup lagi bibirnya dengan lembut, “Selamat pagi Yani”,
kataku. Dia masih belum sadar juga rupanya dan mengguman tak jelas.
Kukecup lagi bibirnya, dan kali ini kuisap-isap bibir itu. Haryani sepertinya
merasakan kenikmatan (antara sadar dan tidak sadar), dia hanya diam dan
menikmati.
Sambil kumainkan bibirnya dengan bibirku, aku mulai memainkan tanganku di
payudaranya, kuremas-remas lembut payudaranya yang berukuran 32B itu.
Sekali, kulepaskan kecupanku di bibirnya, dan kuhujani pipinya dengan
kecupanku, dan saat aku kembali mengulum bibirnya, dia mulai membalas
permainanku. Aku memberanikan tanganku mengarah ke selangkangannya, dan
mulai mengusap-usap selangkangan yang hangat itu. Mula-mula aku
mengusap-usap celana dalamnya, dan setelah beberapa lama kami pelukan,
mulai kuberanikan memasukkan jariku dari sela-sela celana dalamnya dan
menyentuh vaginanya yang basah itu. Aku mainkan jari tengahku di sekitar
clitorisnya. Licin sekali rasanya vagina Haryani.
Permainan jariku membuatnya menggelinjang, pinggulnya bergerak-gerak
seirama dengan gerakan tanganku. Aku ingin melakukan lebih jauh lagi, dan
kuhentikan aktivitasku, sambil kutatap matanya, kutarik daster yang
dipakainya ke arah atas, dan dia seakan mengerti dengan maksudku, dia
menaikkan pinggulnya sehingga daster dapat dengan mudah melewati
pantatnya hingga akhirnya lepas dari tubuhnya.
Kulepas kancing BH diantara 2 cupnya. Kini, yang ada di depanku adalah tubuh
putih mulus seorang gadis yang hanya mengenakan celana dalam dengan
tatapan penuh menantang. Segera kuisap puting payudaranya yang berwarna
coklat kemerahan itu, sementara tangan kananku kuselipkan ke dalam celana
dalamnya dan kembali kumainkan clitorisnya. Kali ini Haryani betul-betul
merasakan terangsang dan keenakan yang luar biasa, ini bisa kurasakan dari
nafasnya yang makin tidak teratur dan desahan-desahan kenikmatan. Bentuk
buah dada Haryani memang betul-betul bagus, masih kencang dan tidak
terlalu kecil.
Kemudian, setelah beberapa saat, Haryani merintih kencang, hampir setengah
berteriak dan otot-otot badannya seperti mengejang, sepertinya dia telah
orgasme.
Dan tak beberapa lama, dia menghembuskan nafas panjang, “Yudiawan…,
nikmat banget.., Kamu memang betul-betul..”, belum selesai dia mengucapkan
kata-katanya, segera kukecup bibirnya yang seksi itu.
“Kamu mau merasakan yang lebih hebat lagi..”, kataku sambil berdiri dan mulai
melepaskan pakaianku. Dan ketika celanaku kubuka, penisku yang sejak tadi
sudah mendesak di celanaku, langsung menunjuk ke depan, besar, tegang dan
siap untuk memasuki liang kewanitaannya. Mata Haryani tidak berkedip
melihat tubuhku yang bugil, dan tangannya mengusap-usap penisku.
“Ya ampun.., besarnya..”, kata Haryani dengan mata tak berkedip. Dia kulum
bibirku sambil tangannya terus mengelus-elus barangku yang besar itu.
Kemudian, dia mencium penisku.
“Yan, berani tidak kamu isep?”, tanyaku menantang. Pertama, dia jilati kepala
penisku dengan lidahnya yang mungil. Kemudian, dia mulai berani
memasukkan penisku ke dalam mulutnya, walaupun hanya kepala penisku saja,
dan dia mulai mengisap maju mundur. Aku merasakan kegelian sekaligus
nikmat.
Tak beberapa lama, aku mulai bosan dengan hisapannya, aku tahu ini pertama
kalinya dia mengisap penis lelaki, dan dia belum begitu mahir melakukannya.
Kemudian, kusuruh dia tidur di tempat tidur, dengan pantat berada di pinggir
tempat tidur. Kulepas celana dalammya yang sejak tadi belum dilepas. Dan aku
mulai menjilat-jilat vaginanya yang telah kembali menguncup itu. Kujilat
cairan putih yang telah mengental di pinggir liang surganya. dia merasakan
keenakan dan mulai mendesah keenakan. vaginanya mulai basah kembali oleh
ludahku dan kurasakan vaginanya telah membesar.
Sebelum dia kembali orgasme, dengan berdiri di atas lututku, aku
memasukkan penisku ke dalam vaginanya yang hangat. Belum ada
seperempatnya senjataku masuk, dia merasakan pedih. Kusuruh dia memberi
air ludahnya di kepala penisku, supaya penisku basah dan mudah masuknya,
kemudian kucoba memasukkan lagi, dan dia kembali merintih sakit.
Kutenangkan dia dan menyuruhnya untuk rileks, dan aku coba kembali, kali ini
aku mencoba menyoblosnya dengan cepat, kutarik pinggulnya ke arahku dan
kudorong pantatku ke depan dengan kuat.
“Bless”. Akhirnya terbenam semua, dan kulihat wajah Haryani yang menahan
sakit. Supaya dia tak lama-lama merasakan sakit, segera kumaju-mundurkan
penisku di dalam liang vaginanya. Terasa hangat dan ketat sekali vagina
Haryani ini. Lama-kelamaan, genjotan penisku mulai lancar, dan aku sampai
memejamkan mataku merasakan keistimewaan vagina Haryani.
Kami saling mendesah dan merintih keenakan. Saking cepatnya aku
menggenjot, sampai kasur yang ditidurinya ikut bergerak hebat. Lama-
kelamaan aku tak tahan lagi, segera kutarik keluar penisku dan mulai
menembakkan isinya ke paha Haryani dan ke kasur, aku kocok penisku sendiri
dan aku merasakan sensasi yang sangat dahsyat, seluruh tubuhku mengejang,
hingga akhirnya seluruh cairan spermaku sudah habis, tapi aku belum merasa
capek.
Segera aku ke kamar mandi dan membersihkan penisku, dan aku kembali lagi
menggenjot Haryani. Kali ini, penisku bertahan lama sekali, hingga Haryani
orgasme, aku belum keluar juga. Sampai akhirnya Haryani orgasme yang
ketiga kalinya, baru aku ikut Orgasme. Setelah itu, kami berdua tidur dengan
nyenyak dengan tubuh telanjang.
Saat ini aku masih sering memikirkan kejadian itu, kok bisa-bisanya dengan
mudah aku dapat merengut kegadisan Haryani, mungkin juga memang aku
sedang lucky. Tapi, yang penting setelah saat itu aku dapat bebas ber-making
love dengan Haryani. Kami berdua suka melakukan eksperimen, mencoba
gaya-gaya baru, yang kami lihat dari film BF berdua di kamar Haryani. Haryani
mudah sekali terangsang kalau aku sudah mengisap payudara dan vaginanya,
apalagi kalau lagi sedang menonton BF. Supaya permainan kami aman, aku
dan Haryani suka membeli persediaan kondom.
Satu hal yang aku perhatikan, Haryani semakin hebat dalam melakukan
hubungan seks, dia mulai pintar melakukan oral seks dan mulai bebas
mengeluarkan suaranya ketika dia orgasme, padahal kami melakukannya di
kamar kostnya yang hanya di batasi sebuah tembok dengan kamar sebelahnya,
dia dengan enaknya berteriak setiap kali dia mencapai orgasme. Pokoknya,
hidup serasa nikmat setiap kali aku berhubunga dengannya, apalagi kami
dalam berhubungan badan sama-sama gilanya, hampir setiap hari, biasanya
sepulang kerja aku mampir ke kostnya dan sebelum pulang pasti dia minta
“ditusuk” (itu istilah kami berdua).
Pernah suatu saat, aku tidak masuk kerja karena ada urusan keluarga, dan
malamnya dia menelepon supaya aku besok datang jam 7.00 ke kantor, karena
dia kangen untuk ditusuk dan dia punya surprise untukku.
Besoknya, jam 7 pagi aku datang dan dia sudah menunggu di dalam kantornya.
Rolling door kantor dibukanya sedikit, dan di dalam kantor, begitu aku masuk,
tanpa ba-bi-bu, dia langsung mengulum bibirku, dan menyuruhku duduk,
sementara dia duduk di atas meja.
Lalu dia menyuruhku menebak, kejutan apa yang dia siapkan untukku. Tentu
saja aku tidak tahu, dan aku jawab saja asal-asalan, sampai akhirnya dia kesal
sendiri, dan dibukanya rok mini yang dipakainya, tampaklah selangkanganya
yang tanpa mengenakan celana dalam dan bersih dari rambut.
Ternyata dia mencukur habis semua bulu vaginanya. Aku tentu saja senang
melihatnya dan penisku kontan langsung berdiri sampai celanaku terasa sesak
sekali. Seperti biasa, sebelum minta ditusuk, dia ingin vaginanya dijilat-jilat
dulu olehku. Dan akupun mulai menciumi bibir-bibir vagina yang berwarna
kemerahan. Aku suka sekali dengan bau khas vaginanya, yang membuatku
ingin terus mencium vaginanya. Kujilat-jilat bagian dalam bibirnya, dan mulai
kujilat clitorisnya. Kadang kuvariasikan dengan isapan-isapan di clitorisnya.
Tidak beberapa lama, setelah vaginanya basah, aku mulai membuka
ritsluitingku dan memasukkan penisku ke dalam vaginanya.
Kami berdua bercinta atas meja di dalam kantornya. Dia tidak cukup sekali
orgasme, dia selalu minta nambah, dan aku selalu dapat memenuhi
keinginannya itu. Aku merasa seksi sekali bercinta dengannya di atas meja,
apalagi ketika kami melakukan gaya doggy style. Aku dan Haryani di atas meja
masih dengan berpakaian lengkap. Kemudian aku duduk di kursi, dan dia
menindihku dari atas.
Pagi itu, kami sangat puas sekali, sebab selain di kamar kostnya, making love
di kantor Haryani baru kali ini kami lakukan dan tidak ketahuan siapa-siapa.
Tapi, tentu saja making love di kantor tidak kami lakukan terlalu sering, sebab
aku tidak terlalu suka pergi pagi-pagi sekali dari rumah ke kantor.
Sampai akhirnya, akhir bulan April, kantor Haryani bangkut, karena ada
masalah keuangan dengan penanam modalnya, sehingga semua karyawannya
diberhentikan. Dan ketika Haryani sibuk mencari-cari pekerjaan, tiba-tiba dia
mendapat panggilan pekerjaan dari kokonya di Penang.
Akhirnya tanggal 26 Mei, Haryani pergi ke Penang. Terus terang, aku merasa
sedih sekali atas kepergiannya, dan aku tahu diapun juga merasakan demikian.
Tapi apa dayaku, kalau untuk mengawininya, aku belum cukup modal.
Jadi, tidak ada alasan bagiku untuk bisa menahannya terus di Jakarta. Sampai
saat kepergiaannya, di bandara aku memeluknya dan memberikan ciuman
selamat tinggal, sebab dia akan lama sekali tinggal di Penang, dan mungkin
tidak akan kembali lagi ke Jakarta. Kalaupun dia balik ke Indonesia, dia akan
balik ke Pontianak, tempat ayah ibunya berada.